You are currently viewing Bagaimana Memulai Menulis II

Bagaimana Memulai Menulis II

  • Post author:
  • Post category:Kesaksian

 

Apakah Anda pernah mengirim tulisan ke redaktur koran, majalah atau penerbit buku dan ditolak? Saya pernah. Pernahkah Anda menulis di blog media sosial Anda dan sedikit yang memberikan jempolnya “suka” atau “like”, lalu tak dikomentari, atau bahkan malah ditentang pandangan Anda? Saya pernah.

 

Lalu apakah Anda menyerah dan tidak mencoba lagi? Saya tidak. Lewat pengalaman ini justru semakin menantang untuk menulis. Artinya tidak boleh kapok menulis! Apalagi media di dunia digital sudah begitu terbuka untuk menjadi penulis.

 

Lalu, bagaimana memulai menulis? Apa yang harus ditulis? Pertama-tama, temukan masalah. Ini yang harus diingat TEMUKAN MASALAH. Semua karya sastra, drama, cerita film, bahkan realitas kehidupan berisi masalah dan kontroversi. Menulis skripsi, karya penelitian pun dimulai dengan membahas latar belakang masalah. Jadi pada awal bahas apa yang menjadi masalahnya. Kata orang “no problems, no solutions”. Dengan kata lain tulisan yang tidak membahas masalah, sudah pasti tidak punya solusi. Jadinya garing!

 

Di mana dapat menemukan masalah? Masalah dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, pergulatan terhadap permasalahan keyakinan, ada tulisan atau pandangan orang yang Anda tidak setujui, dan banyak paradoks kehidupan yang bisa dengan mudah ditemukan. Penting mengajukan pertanyaan terutama pertanyaan MENGAPA? Contoh, ada orang baik dan saleh kena penyakit kanker. Maka ada pertanyaan mengapa orang baik mengalami penderitaan? Ada kemiskinan dan penyakit, mengapa ada penderitaan di dunia? Wah, itu mungkin sering didengar. Memang masalah akan selalu berulang, tapi masih banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari yang dapat diangkat untuk ditulis. Atau seperti nasihat pakar soal tulis menulis, carilah masalah atau isu yang lagi hangat dibicarakan sehingga bisa mendapatkan perhatian pembaca. Isu bolehkah hamba Tuhan terlibat dalam urusan politik, bisakah hamba Tuhan berbisnis, Apakah pandangan gereja terhadap isu homoseksual alias fenomena LGBTQ? Ini hanya daftar pendek dari sekian masalah yang yang dapat digali.

 

Sesudah itu diapakan kalau masalah sudah ditemukan? Yang kedua, pastinya harus diselesaikan masalah itu dengan tuntas. Caranya dapat dilakukan dengan meminjam pandangan berbagai pakar yang dibidangnya untuk menyelesaikan masalah ini. Anda tinggal mengambil berbagai pandangan itu dan meramunya menjadi sebuah jawaban yang apik. Tentu ini untuk tulisan-tulisan yang lebih formal. Maka jika pinjam pandangan orang sah-sah saja, asalkan jangan lupa menyebut sumbernya. Kalau tidak, nanti tulisan Anda disebut plagiat. Jadi pantangan dalam menulis adalah tindakan copas (copy-paste) itu.

 

Bisa juga dengan menuangkan ide atau hikmat yang Anda sendiri pikirkan dan gumuli. Khususnya dalam menulis masa kini, generasi yang lebih muda tidak suka tulisan yang panjang lebar. Mereka butuh jawaban langsung dan tulisan tidak bisa menjelimet. Lihat wartawan online seperti di Detikdotcon atau Kompascom. Semua berita sudah pendek-pendek walaupun bersambung. Memang ini perlu dibahas tersendiri. Intinya tulis apa yang Anda pikirkan sebagai jawabannya. Jangan ragu mengeluarkan pendapat Anda. Cuma prinsip mengeluarkan pandangan pribadi adalah harus ditanya pada diri apakah Anda sedang membela kebenaran, masuk akal alias berlogika, menguasai bidang itu, menyadari bahwa pikiran Anda terbatas, sadar bahwa ada asumsi yang mendasarinya, tidak menyebarkan kebohongan, tidak sedang dalam emosi kemarahan yang menyerang pribadi, dan sebaliknya memberikan motivasi dan inspirasi? Ini semacam panduan dalam menyuarakan pandangan pribadi. Jangan sampai sembarangan mengeluarkan pendapat. Semakin terstruktur dan mengikuti akur logika maka semakin bagus tulisan. Tulisan tentang hal iman pun membutuhkan alur pikiran yang logis walaupun diakui pada akhirnya semua pikiran manusia terbatas. Juga perlu diingat bahwa tidak ada yang baru di bawah matahari. Semua yang kita pikir sebagai solusi kita sebenanya sudah ada yang menuliskannya di luar sana.

 

Soal menemukan masalah ini dan penyelesaiannya dapat dilakukan dengan latihan-latihan. Coba mulai menulis di media sosial, baru sesudah itu menulis yang lebih serius lagi baik karya ilmiah, penelitian maupun buku. Selanjutnya dalam tulisan berikut akan dibahas hal-hal teknis soal menulis (DR).