Oleh: Pdt. Dr. Daniel Ronda
Tentu bohong adalah salah, tapi tidak sesederhana itu pernyataannya. Yang terjadi adalah mengapa ada orang baik bisa berbohong? Itu bukan semata karena dia tahu kebenaran atau tidak, tapi soal nilai. Walaupun dia tahu berbohong adalah salah dan nilainya hakiki, tapi ada nilai di sekitar kita yang disebut nilai budaya yang kadangkala membenarkan kebohongan untuk keharmonisan, relasi dan kebaikan. Daripada merusak hubungan, maka bohong dianggap boleh bahkan baik. Waktu kecil, saya diajarkan budaya kalau ditanya sudah makan atau belum, maka jawabnya harus “sudah” sekalipun belum. Karena bila katakan secara jujur belum, maka dianggap ada masalah dalam keluarga yang dulu umumnya agraris. Boleh jadi karena mereka malas kerja atau memang tak tahu malu mau minta-minta makan (alias “calep” dalam Bahasa Bali). Jadi harus jaga gengsi sehingga berbohong dianggap baik untuk menjaga martabat keluarga.
Umumnya dianggap nilai relasi dan harmonis jauh lebih tinggi dari nilai moral bohong ini. Contoh lain, ada teman asesor yang marah-marah waktu melihat dan menilai dokumen Borang akreditasi di satu sekolah yang amburadul. Tapi begitu berhadapan dengan pimpinan sekolah dan rekan-rekannya dalam asesmen lapangan, teman saya yang marah-marah ini baik sekali tuturnya. Dia bilang, yah ini sudah ada upaya, sehingga kita menghargai upaya yang baik ini sehingga perlu ditingkatkan. Padahal waktu di penilaian dokumen berbeda sikapnya. Tentu penilaian tetap obyektif, tapi umumnya orang tidak berani menyampaikan kebenaran. Kalaupun disampaikan pasti berbelok-belok dengan kalimat berbunga sehingga maksud menjadi kabur.
Begitulah dengan bohong, ada banyak cerita di sekitar kita tentang pertentangan nilai antara bohong dan nilai harmonisasi dan relasi. Bagaimana solusinya? Tetap konsisten dengan nilai moral kejujuran sebagai yang tertinggi, sambil mempelajari nilai budaya itu sehingga ditemukan solusi menyatakan kebenaran tanpa menghancurkan harmoni dan relasi. Tanpa itu kita akan menjadi bangsa dan komunitas yang munafik dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan (DR)
Bacaan FT: Janganlah kamu mencuri, janganlah kamu berbohong dan janganlah kamu berdusta seorang kepada sesamanya (Imamat 19:11)