Oleh: Daniel Ronda
Tahun 2017 ini dirayakan sebagai ulang tahun GKII Wilayah Papua ke-55 yang jatuh pada setiap tanggal 6 April. Suatu syukur kepada Tuhan Yesus, kepala gereja yang menuntun gerejaNya sampai hari ini. Ketika menengok sejarah, ada pertanyaan yang menggelayut di pikiran kita yaitu mengapa juga dirayakan tanggal 13 Januari sebagai hari kelahiran GKII di Papua?
Kisah Tanggal 13 Januari 1939
Adalah keputusan Misi CMA di Makassar yang melihat kebutuhan besar akan Injil di Papua yang dulu bernama Dutch New Guinea. Pada tahun 1937 Pemerintah Hindia Belanda menemukan Danau Wissel di daerah Paniai yang ternyata sudah didiami masyarakat di sana sekitar 50 ribuan orang, walaupun yang baru berhasil didaftar 10 ribuan orang. Setelah mendengar hal ini, Dr. Jaffray dengan Tim Misi CMA memutuskan mengutus C. Russell Deibler dan Walter M. Post untuk melakukan perjalanan eksplorasi ke sana. Mereka berangkat dengan kapal Laut melewati Maluku dan tiba di Barat Daya Papua yaitu Pelabuhan Oeta tanggal 24 Desember 1938. Dengan bantuan wakil pemerintah Hindia Belanda, Bapak Cator di FakFak maka dipersiapkan perjalanan dengan membawa perlengkapan bahan makanan dan lainnya ke sana. Maka tanggal 26 Desember berangkatlah Russel Deibler bersama seorang lainnya melakukan perjalanan eksplorasi selama 18 hari. Bapak Post tidak ikut dalam perjalanan. Maka tanggal 13 Januari 1939 tibalah mereka di Danau Paniai dan berjumpa dengan dua suku besar yaitu Zonggunu dan Kapauku. Setelah melakukan pendekatan dan pengamatan maka mereka kembali ke Makassar. Pada bulan Maret 1939 dua keluarga yaitu Kel. Deibler dan Kel. Post didampingi 3 mahasiswa Sekolah Alkitab Makassar dan 20 orang Dayak menuju ke Paniai. Sejak itulah Injil mulai diberitakan dan berkembang menjadi gereja-gereja di antara suku-suku di sekitar Danau Wissel. Sejak itu 13 Januari 1939 ditetapkan sebagai hari tibanya atau masuknya Injil di Tanah Papua oleh Misi CMA.[1]
Kisah Tanggal 6 April 1962
Dalam kurun waktu dua puluh tahunan Injil berkembang bukan hanya di kalangan suku Mee dan suku di sekitar Paniai, tapi sudah merambah ke Pegunungan Tengah Papua yaitu Suku Dani, Moni, Nduga, Damal, Amungme, dan seterusnya. Dengan terbentuknya gereja-gereja lokal, maka Misi CMA bersama pemimpin gereja nasional di Papua merasa perlu untuk membentuk suatu organisasi Gereja Kemah Injil Papua (New Guinea) yang kemudian akan bergabung dengan Gereja kemah Injil yang lain di Indonesia yang sudah lahir lebih dahulu. Nama waktu itu adalah KINGMI yang singkatannya adalah Kemah Injil Gereja Masehi Indonesia. Maka pada tanggal 6 April 1962 berkumpullah para pemimpin gereja baik dari Papua maupun Misi CMA untuk mengadakan konferensi pertama kalinya di Beoga. Mereka menamakan gereja mereka adalah Kemah Injil Gereja Masehi Indonesia atau disingkat KINGMI Irian Jaya setelah masuk Indonesia. Pemimpin nasional yang pertama adalah Bapak Ch. Paksoal. Sejak itulah 6 April disebut hari ulang tahun lahirnya organisasi GKII di Tanah Papua.[2]
Penjernihan Istilah KINGMI dan GKII
Mengapa ada penggunaan KINGMI dan kini GKII? Dari tata bahasa, KINGMI adalah singkatan dari Kemah Injil Gereja Masehi Indonesia. Ini mengikuti pedoman ejaan bahasa Indonesia tempo dulu. Sekarang diganti dengan mengikuti ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan sehingga dibalik menjadi Gereja Kemah Injil Indonesia.
Dari segi hukum organisasi, maka KINGMI awalnya adalah persekutuan di mana sejak tahun 1946 terbentuklah KINGMI, lalu ada di wilayah masing-masing mulai dari KINGMI Kalbar, Kaltim, Intim atau KINGMIT tahun 1951. Serta bergabung KINGMI Irian Jaya tahun 1962 dan KINGMI Jawa Sumatera tahun 1965. Lalu bergabung pula KINGMI Bahtera Injil di Sulut dan KINGMI Kibaid di Toraja serta Gereja Zending Kristen Indonesia di Jakarta. Sejak 1983 dalam Konferensi di Makassar, KINGMI memutuskan untuk menjadi gereja kesatuan dan bukan lagi persekutuan. Artinya semua KINGMI di wilayah masing-masing bergabung dan menyatukan diri menjadi KINGMI kesatuan dan kemudian diubah namanya menjadi GKII. Ada Kibaid dan Bahtera Injil serta GZKI tidak bersedia bergabung dan memisahkan diri. Sedangkan yang lainnya menyatukan diri, sehingga KINGMI tidak ada lagi dan diganti dengan nama Gereja Kemah Injil Indonesia. Jadi tidak ada lagi yang namanya KINGMI karena masing-masing wilayah telah menyetujui pembentukan gereja kesatuan.[3]
“Terus Mendaki”
Mengingat medan Papua yang begitu luas dan begunung-gunung, seorang pemimpin GKII di Papua pernah ditanya, “Bagaimana pencapaian GKII sampai usia 20 tahun ini (1982)?”. Dia mengatakan bahwa gereja sudah mengalami pertumbuhan, gereja nasional sudah berdiri dan banyak jiwa yang sudah datang kepada Kristus. Tapi itu baru saja mulai, kita harus terus mendaki![4] Ini adalah gambaran yang tepat, bahwa perjalanan pelayanan gereja Tuhan di Papua belum usai. Kita baru saja sedang mendaki yaitu berjuang untuk melepaskan manusia dari genggaman Iblis dan membawa mereka kepada kedewasaan dalam Kristus serta membawa damai dan sejahtera kepada masyarakat. Mari terus mendaki sampai Tuhan Yesus sang kepala gereja membawa kita kepadaNya di surga! Perjuangan masih panjang, mari kita daki bersama-sama. Selamat Ulang Tahun GKII di Tanah Papua ke-55! Tuhan memberkati.