Oleh: Daniel Ronda
Pemimpin yang berhasil bukan semata-mata pencapaian jenjang pendidikan dan keahlian yang dimilikinya, tapi yang jauh lebih penting dari pada itu adalah memiliki hati seorang bapak. Atau supaya tidak bias jender, memiliki hati seperti ibu dan ayah (tergantung jender si pemimpin).
Hal ini saya temukan dalam percakapan dengan Ps. David Smith dan berkesempatan mengunjungi gerejanya dan melihat secara langsung pelayanannya di Fairhaven Dayton Ohio. Gereja yang tadinya hanya ratusan menjadi ribuan dan menjadi gereja pengutus yang besar. Apa rahasianya? Tentu banyak sekali yang harus dijelaskan (mudah-mudahan saya bisa jelaskan nantinya). Salah satu yang penting dalam kepemimpinannya adalah memiliki hati bapak.
Banyak gembala habis ibadah selesai, berdiri salaman dan setelah itu masuk ke dalam kantor gereja dan sibuk dengan rapat atau menyendiri di ruangannya. Tidak demikian dengan Ps. Smith, dia memberi waktunya di tiga kebaktian untuk berjumpa dengan jemaatnya. Dia ada stand di mana dia berdiri dan merea yang mendekat akan disapanya, bercakap-cakap dan mendoakan jika ada yang perlu didoakan. Tentu kepribadiannya yang hangat itu menjadi kekuatan tersendiri dalam menyapa jemaat. Tidak panjang waktu yang diberikan untuk satu orang karena kalau ada yang perlu lebih lama maka akan ada tim konseling yang akan menanganinya.
Dia juga menjadi ayah bagi staf dan bawahannya. Bukan bermaksud stafnya boleh bermanja-manja bekerja tapi dia memberikan visi dan misi, arahan, semangat, pedoman kerja, ajakan untuk kerja keras, dan memberikan berbagai tes psikologi untuk mengenal kekuatan dan kelemahan stafnya. Ada 85 staf dalam gereja Fairhaven dan semuanya merasakan semangat kerja untuk mencapai tujuan yang menjadi visi dan misi gereja.
Hati seorang ayah tentu tidak bisa dipalsukan. Dia harus asli alias original dari hati. Apa rahasianya memiliki hati bapak ini? Tak lain dari kasih dan anugerah Tuhan yang luar biasa bagi seorang pemimpin dan kasih Tuhan itu memenuhi hati pemimpin sehingga bisa mengekspresikannya kepada orang yang dipimpinnya.
Refleksi hari ini: bagaimana dengan pemimpin sekarang? Jangan pernah bangga menjadi pemimpin yang ditakuti, pemimpin yang tidak punya hati dan selalu melukai bawahan dengan kata dan laku. Pemimpin yang selalu merasa paling benar dan merasa terancam dengan orang sekitranya. Jangan menjadi pemimpin manipulatif dengan menggunakan aturan untuk mencapai ambisi pribadi. Itu bukan kepemimpinan ayah atau ibu. Memang pemimpin itu tidak ada yang sempurna, tapi wajib punya hati seorag bapak yang mengayomi. Itu sangat dirindukan semua orang dan pada akhirnya Tuhan akan mengangkat pemimpin yang seperti ini.
Dayton, Ohio: 30 Mei 2017