Oleh: Daniel Ronda
Sewaktu saya berkesempatan berkunjung ke salah satu Gereja Kemah Injil Fairhaven di Dayton Ohio Amerika Serikat beberapa waktu lalu, saya dan istri dibuat terkaget-kaget dengan fasilitas pelayanan anak yang dibuatnya. Bahkan ada khusus Gembala Anak dan tim pelayanan anak yang melayani anak dan remaja atau yang dikenal dengan Sekolah Minggu di Indonedia. Yang mengagetkan fasilitas pelayanan anak yang disiapkan, tempatnya luas bahkan banyak fasilitas permainan dan olahraga. Semuanya memakan biaya 26 milyar rupiah lebih (2 juta dollar) hanya untuk fasilitas pelayanan anak!!! Belum lagi kurikulum pembelajarannya yang baik sekali. Saya tanya kepada gembalanya Rev. David Smith tentang mengapa bagus benar fasilitas pelayanan anak ini dan dia menjawab bahwa pelayanan anak adalah salah satu kunci pertumbuhan gerejanya. Anak yang diselamatkan bukan hanya untuk anak tapi membuat orang tuanya pun tertarik dan menghargai pelayanan ini yang pada akhirnya mereka pun aktif di dalam gereja.
Mungkin cerita di atas terlalu besar untuk ukuran kita, tapi pertanyaan seberapa serius sebenarnya kita menggarap pelayanan anak? Apakah ini hanya dibiarkan kepada tim guru-guru sekolah Minggu yang mengurusnya dan membiarkan mereka mencari bahan pelajaran dan mengajar dengan fasilitas seadanya?
Sejarah sekolah minggu sebenarnya dimulai dari pelayanan seorang pelayan Tuhan dari Gereja Anglican bernama Robert Raikes (1725-1811) di Inggris. Pelayanan ini sebenarnya dimulai dengan menolong anak-anak agar bisa membaca, karena dalam perkembangan revolusi industri di Inggris di mana dengan banyaknya pabrik-pabrik maka anak-anak pun disuruh bekerja. Bahkan mereka harus bekerja 12 jam sehari dari Senin sampai Sabtu. Maka waktu yang tersisa adalah Minggu sehingga waktu itu dipakai untuk mengajarkan membaca dan menulis untuk anak-anak. Gerakan Raikes mendapat sambutan berbagai organisasi gereja maupun organsiasi di luar gereja baik di Inggris dan Amerika sehingga mereka ramai-ramai membuat pelayanan untuk anak. Akhirnya pada abad ke 19 pelayanan anak ini sangat populer dan hampir ada di semua gereja. Bahkan semua orang tua baik yang rajin ke gereja maupun yang tidak berterima kasih dengan adanya program ini dan mendorong anaknya untuk ikut sekolah minggu. Pelajaran dalam sekolah minggu adalah mengajarkan anak untuk menulis, membaca dan berhitung dan tentunya pelajaran agama. Alkitab menjadi buku teksnya yang dipakai untuk membaca. Anak-anak diminta membaca dan menyalin semua ayat-ayat firman Tuhan. Di kelas ini juga diajarkan katekisasi, berdoa, menyanyi lagu pujian. Mereka juga punya target bahwa anak-anak akan memiliki moral yang baik dan menunjukkan kebaikan kepada sesama. Lalu mereka yang aktif di sekolah minggu, ketika dewasa diangkat menjadi guru sekolah minggu, dan akhirnya diangkat dalam kepemimpinan gereja. Jadi sekolah minggu berperan besar dalam pengembangan kepemimpinan dari sejak anak-anak.
Ketika akhirnya pemerintah Eropa dan Amerika membuat sekolah umum untuk anak-anak dari Senin sampai Sabtu dan melarang anak bekerja, maka Sekolah Minggu tetap eksis menjalankan fungsinya sebagai pelayanan rohani untuk anak-anak. Dapat dikatakan sejaka awal Sekolah Minggu sudah ada unsur pelayanan kepada kaum miskin sehingga anak-anak yang tidak mampu ditolong. Begitu pula ada pelayanan sosial dan moral untuk anak-anak yang membawa anak kepada perubahan menjadi pribadi yang takut Tuhan dan berhasil dalam kehidupannya.
Sampai hari ini pelayanan Sekolah Minggu di gereja adalah alat yang paling efektif dalam pertumbuhan gereja selama 200 tahun ini di Amerika Serikat. Memang dapat dibuktikan bahwa gereja-gereja di Amerika yang memiliki pelayanan Sekolah Minggu telah menunjukkan pertumbuhan yang signifikan (Darren W. Thomas). Sekolah Minggu memberi kontribusi besar untuk pertumbuhan gereja. Mengapa demikian? Pertama, secara psikologis orang tua tentu menginginkan anaknya baik apalagi orang tua saat ini tidak ada waktu lagi mengajarkan iman dan pelajaran firman Tuhan kepada anak-anaknya. Maka mereka menyerahkan kepada gereja. Ketika gereja memberikan pelayanan yang istimewa untuk anak akan terjadi apresiasi yang tinggi setiap orang dewasa sehingga mereka pun tertarik kepada komunitas kehidupan gereja karena melihat perubahan apada anak mereka. Kedua, anak-anak yang dididik sejak kecil di dalam Tuhan dan menerima Kristus di usia dini mereka ini akan menjadi tulang punggung pelayanan gereja. Mereka akan berkorban dan menunjukkan dedikasi dalam pengembangan gereja karena penanaman nilai-nilai Kristiani sejak anak-anak. Rata-rata anak menerima Tuhan sebagai juruselamat di usia yang dini. Ketiga, anak-anak akan bertumbuh kepemimpinannya jika aktif dalam pelayanan sekolah minggu. Sulit sekali kemudian bagi mereka tinggalkan gereja pada masa dewasa jika sejak anak-anak telah aktif di sekolah minggu. Banyak orang dewasa yang sukses senantiasa mengingat peran pendidikan dini yang dialaminya di Sekolah Minggu. Bahkan mereka pun akan membawa orang lain ke gereja untuk mengalami perubahan seperti dirinya.
Dapat disimpulkan pelayanan anak adalah ladang misi yang potensial dan membawa gereja mengalami pertumbuhan yang dinamis ke depannya. Apa pelajaran bagi warga GKII? Sudah waktunya gembala dan BPJ memberi perhatian khusus kepada agenda pelayanan Sekolah Minggu sehingga bukan menjadi hal biasa dan rutin saja. Harus ada gerakan perubahan yang luar biasa dari para gembala dan BPJ seperti soal penganggaran dana gereja lokal untuk anak, fasilitas ruangan-ruangan, peningkatan kualitas guru-guru bahkan jika diperlukan ada Gembala Anak khusus. Tanpa beban dan sentuhan para pemimpin, pelayanan anak akan menjadi rutinitas biasa dan tidak memiliki peran apapun dalam dinamika perkembangan gereja. Dibutuhkan komitmen yang punya hati terhadap anak-anak (DR).
Sumber Penulisan:
Darren W. Thomas, “The Role, History, and Decline of the Sunday School” tersedia di https://eridan.websrvcs.com/…/…/historyofthesundayschool.pdf, diakses tanggal 9 Agustus 2017.
Timothy Larsen, “When did Sunday Schools Start?” tersedia dihttp://www.christianitytoday.com/…/when-did-sunday-schools-…, diakses tanggal 9 Agustus 2017.