Kebangkitan Yesus Kristus Memberikan Pengharapan
“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan” (1 Petrus 1:3).
Sebagai bangsa Indonesia, kita umat Kristiani selalu percaya bahwa Tuhan memelihara bangsa ini dan umatNya. Ini adalah pengharapan sebagai orang percaya yang membuat kita mampu melangkah maju. Teolog Emil Brunner berkata, “Sebagaimana paru-paru memerlukan oksigen, begitu juga kehidupan manusia memerlukan pengharapan”. Tubuh untuk dapat hidup memerlukan oksigen dan sangat bergantung kepadanya, maka begitu pula kehidupan manusia yang bergantung pada pengharapan.
Namun saat ini tidak sedikit elemen bangsa yang pesimis dan putus asa melihat keadaan di sekitar kita. Di tahun politik baik 2018 dan 2019, bangsa Indonesia diperhadapkan dengan perilaku intoleransi dalam berbangsa dan beribadah, serangan hoaks di media sosial yang menggunakan penyerangan isu SARA. Ini sungguh mengerikan bila hal ini seperti tidak ada jalan keluar. Belum lagi masalah kesulitan hidup dalam keluarga-keluarga baik secara ekonomi maupun kemiskinan yang cukup signifikan. Keluarga juga diperhadapkan dengan tantangan yaitu retaknya hubungan suami-istri, relasi yang rusak antara orang tua dan anak-anak. Keluarga sedang dalam ancaman dari dalam dan juga tentunya dari luar juga. Ada ancaman narkoba yang merajalela, pornografi, kehidupan hedonis, perilaku hidup LGBT dan banyak lagi ancaman termasuk kekerasan dan perilaku kriminal yang merajalela. Semua ini menjadikan manusia bertanya masih adakah harapan dalam kehidupan manusia di masa yang akan datang?
Surat Rasul Petrus memberikan kepada kita suatu keyakinan yang harus dipercayai bahwa pengorbanan Kristus dan kebangkitanNya telah membawa kita kepada suatu hidup yang penuh pengharapan. Harapan apa sebenarnya yang diberikan Tuhan dalam peristriwa Paskah ini?
Pertama, bahwa pengharapan akan karya Kristus dan kebangkitanNya menjadikan segala dosa dan kesalahan manusia diampuni. Agama-agama berupaya meminta ampun dari kesalahan yang diperbuatnya lewat tindakan-tindakan ritual, tapi kekristenan berbicara tentang Kristus yang mengampuni dosa manusia seluruhnya. Ini berita klasik yang sudah terjadi 2000-an tahun yang lalu dan akan terus berlangsung selama Kristus belum datang untuk yang kedua kalinya. Selama-lamanya Dia adalah Tuhan yang mengampuni segala dosa umatNya.
Kedua, pengharapan kebangkitan Kristus memberikan kita sukacita, damai sejahtera, jaminan keselamatan dan pemeliharaan di tengah keputusasaan yang ada di sekitar kita. Umat harus percaya, bahwa dunia bisa menganiaya orang percaya tapi harapan dalam diri kita memampukan kita menghadapi situasi yang berat. Dunia bisa mengalami masalah ekonomi, keluarga dan kesehatan, namun orang percaya akan disertai dalam masa-masa kesulitan sehingga kita menyaksikan ada pembelajaran yang mendewasakan umatNya. Bahkan kita dapat menyaksikan kuasa Tuhan bekerja di tengah kelemahan kita.
Ketiga, kebangkitan Kristus memberikan pengharapan bahwa Kristus akan datang kembali (bdk. 1 Korintus 15). Inilah puncak kerinduan orang percaya bahwa Kristus datang memulihkan semua dan pengharapan akan kedatanganNya memberikan kita kemampuan menghadapi kehidupan yang penuh keberkatan selama ada di dalam dunia. Jadi harapan tentang kedatangan Kristus bukan pada mencari kapan waktu kedatanganNya tapi sensitif terhadap tanda-tanda yang diberikan untuk membuat kita semakin giat melayani Tuhan. Pengharapan terbesar kita adalah suatu masa akan tiba harinya ada langit dan bumi baru dan kerajaan Allah akan memerintah untuk selamanya.
Keempat, bahwa kebangkitan Kristus membawa suatu pengharapan bahwa kita juga akan dibangkitkan dan mendapatkan tubuh kemuliaan (1 Kor 15). Seluruh percakapan tentang kebangkitan Kristus, kebangkitan orang percaya berujung pada suatu pengharapan bahwa apa yang kita kerjakan dalam kehidupan ini yang memuliakan Tuhan tidak akan pernah sia-sia, di mana Rasul Paulus berkata, “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia” (1 Kor 15:58).
Akhirnya pengharapan ini memberikan kita awasan bahwa harapan itu bukan dari kekuatan kita, kebaikan yang kita lakukan, atau dengan segala kemampuan intelektual manusia tapi berasal semata dari kebangkitan Yesus. Ketika umat Tuhan percaya, maka di situ tumbuh harapan akan suatu kehidupan dan keadaan yang lebih baik. Kita tetap berjuang untuk kebaikan bangsa ini, memperbaiki kehidupan dalam diri, keluarga dan komunitas. Tapi semuanya dilakukan dalam anugerah Tuhan dan pengharapan bahwa Tuhan akan campur tangan. Tuhan kiranya mengaruniakan kemampuan bertahan dan menghidupkan pengharapan di dalam Dia. Selamat merayakan Paskah. Tuhan menyertai kita semua. (DR)