Oleh: Daniel Ronda
Apa beda pemimpin bermental penguasa dan pemimpin rohani yang melayani? Berikut penjabaran untuk dijadikan refleksi bersama:
Penguasa duduk di kursi sambil memikirkan apa yang saya dapat kalau jadi pemimpin; sedangkan pemimpin rohani duduk di kursi mendoakan bawahannya yang sedang kesusahan dan mungkin tidak cukup uang untuk hidup sebulan.
Penguasa merasa nyaman menyakiti bawahannya, menyetel peraturan sebagai senjata; sedangkan pemimpin rohani menyembuhkan bawahannya dan peraturan hanya sebagai pagar untuk melindungi orang yang dipimpinnya.
Penguasa alergi terhadap kritik dan menyingkirkan yang dianggap lawan; sedangkan pemimpin rohani reflektif terhadap kritik dan merangkul sekuatnya yang berbeda pandangan dengan dirinya sepanjang bersedia bekerjasama.
Penguasa dendam terhadap perkataan orang lain yang menyakitinya dan mencari kesempatan untuk melakukan pembalasan; sedangkan pemimpin rohani mengampuni yang berlaku jahat kepadanya dan bersedia melepaskan pengampunan berkali-kali.
Penguasa merasa diri bisa, tidak perlu pandangan orang lain dan hanya mau mendengar yang sesuai dengan seleranya; sedangkan pemimpin rohani rendah hati menerima masukan dan mendengar semua pihak serta merenungkan semua masukan yang diterimanya.
Penguasa tidak menghormati orang lain dan seniornya, melawan untuk hal-hal yang bukan prinsip, bahkan berani menghina orang yang lebih tua; sedangkan pemimpin rohani belajar menghormati pemimpin dan menghargai jasa-jasanya, menerima masukan yang tidak bertentangan dengan Firman Tuhan.
Penguasa ingin dilayani, dihormati dan semua fasilitas tersedia; sedangkan pemimpin rohani melayani, mendoakan, menangis dan menyembuhkan yang terluka, menerima apa yang ada serta bekerja keras untuk orang yang dilayaninya.
Penguasa menggunakan politik muslihat untuk mempertahankan kekuasaannya dan takut kehilangan jabatan, sedangkan pemimpin rohani jabatan itu adalah pemberian Tuhan dan hanya bekerja sebaik-baiknya dengan tidak mencari dukungan sana-sini.
Penguasa itu rajin bekerja dengan tujuan supaya dapat keuntungan finansial dan kalau itu menguntungkan dirinya; sedangkan pemimpin rohani rajin bekerja dengan tujuan melayani dan berkat itu bukan tujuan baginya.
Penguasa berteriak jangan pakai hoaks, tapi dia sendiri sibuk menggosipkan, membuat opini sesat dan salah atas orang yang dianggapnya ancaman serta sibuk mengurusi urusan yang bukan urusan dia; sedangkan pemimpin rohani tidak senang mengumbar gosip apalagi hoaks, dan bila terdengar olehnya maka dia mendoakannya serta tidak mengumbarnya sekalipun mungkin itu ada benarnya sebagian. Cek dan ricek hanya diperlukan jika itu bersinggungan dengan tugas dan pelayanan (DR).
Bersambung…