Tanggung jawab kepemimpinan adalah mengembangkan orang lain dan organisasi yang kita pimpin. Namun ada tanggung jawab yang tak kalah pentingnya adalah mengembangkan diri sendiri, karena hanya dengan diri yang berkembang maka pemimpin dapat mengembangkan orang lain. Salah satu bentuk mengembangkan diri adalah melakukan disiplin rohani. Semua pemimpin rohani tahu apa itu disiplin rohani yaitu kehidupan doa dan membaca Alkitab, bahkan kita semua sudah mengkhotbahkannya tapi masalahnya belum tentu kita masih mempertahankannya dengan penuh disiplin. Bahkan bukan tak mungkin banyak pemimpin sudah menjadikan doa hanya sebuah rutinitas, membaca Alkitab membosankan, puasa sudah jarang, meminta kepenuhan Roh Kudus sudah lama sekali dilakukan. Ini sudah dibuktikan dalam banyak survei.
Mengapa bisa demikian? Ini terjadi karena tanggung jawab yang begitu banyak dalam memikirkan organisasi dan pelayanan bertumbuh sehingga pemimpin kehilangan orientasi pelayanan dan banyak yang tidak fokus lagi akan apa yang paling utama sebagai pemimpin rohani. Paulus pun menggambarkan kita itu seperti petinju yang dipanggil bertarung, tapi jika sudah terlalu lelah maka tak heran akhirnya sang petinju sembarang memukul dan tidak mampu lagi bertarung dengan baik. Atau baik pelari yang di awal penuh semangat dan tahu tujuan, tapi karena lari kelamaan maka tujuan lari sudah tidak jelas lagi. Melakukan disiplin rohani adalah panggilan seorang pemimpin untuk membuat dirinya menjadi lebih baik. Maka diharapkan pemimpin memerika Kembali kehidupan doa dan membaca Firman Tuhan. Berdisiplin tidak memakai emosi tapi sebuah tindakan rutin dan nyata. Misalnya, jika sudah lama tidak membaca Alkitab dari Kejadian sampai Wahyu, maka berkomitmenlah untuk membaca Alkitab 3 atau 5 pasal sehari. Bila ternyata durasi doa pribadi harian semakin lama semakin pendek, maka berkomitmenlah tidak akan beranjak dari kamar sebelum menyelesaikan 30 menit berdoa khusus. Atau jika sudah jarang berpuasa, maka berkomitmenlah untuk berpuasa setiap minggu sekali, termasuk berpuasa dalam menggunakan media sosial. Ini bentuk disiplin yang harus dibangun pemimpin dalam mengembangkan diri sebagai pemimpin rohani. Hanya dengan mengembangkan diri lebih baik maka tim yang dipimpin akan menjadi lebih baik dan organisasi akan memasuki masa-masa kemenangan.
Ayat Refleksi: Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak (1 Korintus 9:26-27).
Salam sehat,
Daniel Ronda