Nama yang berikutnya diberikan adalah Mesias adalah Raja Damai. Kedatangan Yesus memang membawa damai sejahtera yaitu shalom. Sapaan Malaikat kepada para gembala juga menyampaikan salam Damai Sejahtera.”
Apa benar memang Yesus sang Raja Damai itu? Jika benar mengapa dunia masih tercerai berai dengan konflik, perang dan sepertinya tidak pernah berhenti sejak 2000 tahun yang lalu. Jadi di mananya Yesus sang Raja Damai itu?
Namun tanpa disadari pernyataan itu keliru. Lihatlah peradaban manusia yang berubah lebih baik dan perang menjadi jauh berkurang. Bukankah itu karena kuasa Injil yang bekerja ke seluruh dunia yang membawa perubahan peradaban itu? Karena memang kerajaan Kristus sudah datang dan dalam proses penyempurnaan.
Jika demikian, apa makna dari Raja Damai itu?
1. Damai berbicara tentang relasi yang harmonis antara Allah, manusia, dan sesama. Kata damai berbicara tentang harmoninya hubungan antara Tuhan, manusia dan sesama. Keharmonisan itu bisa terjadi lewat penerimaan kepada Kristus sebagai Tuhan dalam hati kita. Damai sebagai ganti permusuhan itu dimulai dari hati yang damai. Ada banyak konflik dan perjuangan kehidupan, namun pimpinan Tuhan yang penuh kuasa membuat damai di hati. Damai yang di hati akan mampu melihat dunia ini dengan cara baru dan perspektif baru. Manusia yang memfitnah akan dijadikan pelajaran sebagai cara Tuhan membentuk. Itu semua karena ada damai Yesus di hati. Damai di hati membuat kita tidak memiliki iri hati, kecemburuan, tapi bahkan berjuang untuk memberikan yang terbaik kepada sesama. Harmoni antara Allah, manusia, dan sesama akan menghasilkan kekuatan dalam menjalani kehidupan.
2. Damai sejahtera berbicara tentang relasi yang harmonis antara manusia dan ciptaan (alam semesta). Ini tidak terlalu dibahas di mimbar gereja ketika berbicara Damai Sejahtera. Jarang ada yang mengingatkan dalam konteks dunia gereja bahwa banyaknya konflik yang terjadi karena eksploitasi alam, penghancuran sungai dan hutan, serta kemiskinan karena hutan kita dihabiskan untuk industri kayu, minyak swait, dan seterusnya. Sungai hancur karena kita jadikan sumber kehidupan tapi saat yang sama tempat pembuangan sampah. Semua itu lahir dari keserakahan dan ujungnya adalah kehilangan damai yang membawa konflik. Yesaya memberikan contoh gambaran bagaimana harmonisnya manusia dengan alam yaitu alam dan binatang-binatang (Yesaya 11:6-10). pada waktu itulah Tuhan mengangkat kita di mana kita berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa (ayat 10).
Itulah panggilan gereja untuk menjadi pembawa damai: Ia memberitakan pentingnya berdamai, dengan Tuhan, sesama, dan lingkungan alam (flora dan fauna) di sekitar kita.
Refleksi:
1. Sudahkah kita memperharui komitmen untuk menjadikan Kristus Tuhan dan raja dalam kehidupan kita dan keluarga? Hanya dengan harmoni dengan Tuhan membuat kehidupan kita tenang dan melihat tujuan Tuhan dalam kehidupan kita.
2. Bagaimana relasi kita dengan keluarga dan sesama kita? Jangan pernah menyimpan kemarahan, kepahitan, bahkan kebencian kepada sesama. Tak sehat kondisi jiwa kita bila kita biarkan hal-hal itu. Tuhan mau kita berdamai dengan mereka agar doa kita tidak terhalang.
3. Apakah kita merasa ikut bertanggung jawab untuk memelihara alam dan lingkungan di sekitar kita? Mengapa banyak yang tidak peduli dengan lingkungannya? Bukankah makan dan minum disiapkan Tuhan adalah dari alam ini? Mari kita mulai bersama memikirkan untuk harmoni dengan alam ciptaan Tuhan ini secara praktis, mulai dari tidak membuang sampah, mengolah sampah, sampai menjaga hutan dan binatang yang ada di dalamnya.
Ya, Tuhan, datanglah kedamaianMu dan jadikankami pembawa damaiMu.