You are currently viewing Gembala dan Khotbahnya

Gembala dan Khotbahnya

Oleh Daniel Ronda

Salah satu tugas yang sangat berat bagi gembala adalah menyiapkan khotbah. Dibandingkan dengan saya yang lebih banyak di sekolah teologi sebagai dosen maka gembala harus menyiapkan khotbah tiap minggu, baik hari Minggu maupun hari lainnya seperti ibadah doa, keluarga, ibadah kategorial dan syukuran atau acara istimewa lainnya. Oleh sebab itu kita harus bersimpati kepada gembala yang tugasnya sangat berat, karena khotbah selalu diumpamakan makanan rohani. Itu berarti gembala wajib menyiapkan makanan sehat dan bergizi. Makanan itu tidak boleh diulang-ulang, dipanaskan terus menerus, sebaliknya harus sehat dan menumbuhkan kerohanian.

Pertanyaannya adalah bagaimana menghadapi tugas yang berat ini? Mau tidak mau gembala wajib berdoa dan mulai menyusun tema tahunan yang kemudian dibagi menjadi tema bulanan dan tema mingguan yang disertai dengan teks Alkitab yang menjadi sumber utama eksposisi. Tema tahunan akan mengarahkan seluruh percakapan rohani kepada agenda yang Tuhan kehendaki jemaat bertumbuh. Bahkan dalam tema mingguan sudah dipilih teks. Jika gembala sudah menyusun tema ini per minggu selama setahun, maka tugasnya sudah menjadi ringan sepanjang tahun. Ingat yang paling berat dalam khotbah adalah memilih teks dan tema yang akan disampaikan. Tema tahunan itu bisa disusun bersama oleh tim gembala atau dengan majelis gereja.

Bisa juga melakukan pendekatan eksposisi, di mana gereja membahas kitab-kitab yang akan dibahas. Kajian eksposisi Alkitab bersambung tiap pasal itu baik sekali, namun membutuhkan pengkhotbah yang pakar dalam bidang biblika sehingga tidak sembarangan dalam melakukan eksposisi Alkitab. Ini bisa dibuat dalam mimbar pendalaman Alkitab di tengah minggu.

Persiapan rohani juga tidak kalah pentingnya, karena dengan melakukan meditasi dan perenungan seorang gembala akan mampu melihat pergumulan rohani jemaat dalam perspektif Tuhan. Biasanya gembala akan banyak mendapatkan informasi pergumulan jemaat dalam pergaulan maupun perkunjungan.

Tidak mudah membawa pergumulan jemaat ke dalam aplikasi khotbah. Bisa-bisa jemaat merasa gembala sedang membuka rahasia dan menyindirnya. Misalnya jemaat menceritakan dosa mereka, pergulatan ekonomi, masalah konflik dalam keluarga dan banyak lagi. Tidak mudah membawanya ke mimbar sekalipun itu hanya aplikasi.

Diperlukan doa dan waktu berdiam diri dengan Tuhan sehingga Tuhan akan menuntun cara menyampaikan Firman dengan terus terang tapi jemaat yakin bahwa itu pesan Tuhan buat mereka. Itu sebabnya gembala harus menampakkan kasih Kristus dan hidup sesuai dengan standar Alkitab.

Hal teknis yang perlu diperhatikan, jangan sibuk dan tergoda melakukan hal-hal lain pada waktu menyiapkan khotbah. Jangan susun khotbah sambil nonton televisi, sibuk buka HP dan berinteraksi dengan media sosial. Luangkan waktu khusus sejam atau 2 jam tanpa diganggu dalam mempersiapkan khotbah. Bahkan hari Sabtu (jika akan khotbah hari Minggu), gembala harus sudah steril dari televisi dan mengurangi aktivitas media sosial secara drastis.

Gembala mengizinkan Tuhan yang berbicara dan konsentrasi untuk memastikan apakah poin yang tersusun itu adalah pesan Firman Tuhan dan aplikasinya adalah sudah digumuli sebagai penerapan tindakan yang harus ditaati. Tidak mudah mendapatkan aplikasi yang tepat karena khotbah yang disusun secara tergesa bisa saja menghasilkan kajian eksposisi yang baik tapi belum tentu mendapatkan apa yang jemaat harus lakukan dalam kehidupannya. Ini tugas yang tidak ringan dan membutuhkan waktu khusus.

Membagi pelayanan mimbar dengan tim penggembalaan dan mengundang pembicara lain juga hal yang baik dilakukan supaya jemaat tidak jenuh dengan argumentasi dan suara yang didengar bila itu monoton dalam waktu yang lama.

Tetapi dalam mengundang pembicara luar sebaiknya tema dan teks sudah diberikan, bahkan sudah disampaikan apa tujuan yang hendak dicapai. Disarankan untuk mengontak via telepon pembicara luar untuk menyampaikan kondisi rohani jemaat dan apa yang menjadi harapan yang akan dihidupi jemaat.

Jadi jangan biarkan pembicara tamu datang dengan agendanya sendiri dan bicara sesuai dengan apa yang dia mau bicara. Dengan penyampaian ini, maka pembicara tamu mulai berdoa untuk persiapan khotbahnya.

Gembala dalam menyiapkan khotbah tidak mudah, namun ini tugas mulia yang harus dijalankan sepenuh hati dan penuh keseriusan. Tanpa itu jemaat akan merasakan secara rohani bahwa gembalanya tidak siap dan asal-asalan dalam menyampaikan kebenaran Firman Tuhan. Jangka panjangnya dapat ditebak bahwa gereja pasti tidak sehat dan mengalami stagnan.

Karena khotbah adalah untuk melawat hati jemaat, bila hatinya disentuh Tuhan maka program gereja akan berjalan dan bertumbuh dengan baik. Bila tidak ada sentuhan Tuhan dalam khotbah dan ibadah, maka dipastikan jemaat yang hadir hanya bawa badannya dan tidak ada lagi hati di sana!

#leadershipwisdom