Pak Jokowi gencar-gencarnya urus penyakit yang sudah berakar di birokrasi Indonesia yaitu pungli alias pungutan liar. Cerita tentang pemberantasan pungli, sebenarnya sudah dimulai zaman Pak Harto menjadi presiden. Waktu itu sampai diturunkan tentara untuk berantas pungli di bawah pimpinan Pangkopkamtib waktu itu Laksamana Soedomo atau Pak Domo. Masyarakat menyambut dengan gembira dan penuh harapan bahwa pungli akan habis di negeri ini. Tapi mengapa sampai saat ini masih banyak pungli?
Masalahnya adalah pada konsistensi. Ketika pemberantasan hanya bersifat sporadis dan sesekali saja maka pasti menghabiskan pungli akan gagal total. Penangkapan tangan hanya menjadi makanan media online untuk kita nikmati tapi sejatinya pungli masih di mana-mana. Gerakan nasional pun tanpa ada komitmen untuk melakukannya minimal selama 10 tahun secara konsisten dan keras, maka tidak akan ada harapan perbaikan.
Yang lainnya, orang Indonesia sangat toleran, kasihan dan mudah memaafkan. Jika ini digerus maka yakinlah banyak dari pegawai di pemerintahan akan berteriak bahwa gaji mereka minim dan mereka akan berkata tega-teganya memiskinkan bawahannya sendiri. Karena itu muncul rasa toleran dan kasihan sehingga terjadilah pungli kecil-kecilan yang membuat orang ketagihan sehingga menjadi korupsi yang menjarah uang rakyat besar-besaran.
Jadi bagaimana? Memang harus tega tapi pada saat yang sama harus ada jalan keluar. Presiden tidak bisa jalan sendiri. Gerakan ini harus melibatkan para penegak hukum yang baik, bupati, walikota dan gubernur yang baik secara bersama. Mereka diajak menjadi pendekar-pendekar anti pungli, tapi untuk bukan pamer diri menjelang pilkada.
Refleksi: berharap ini tidak terjadi di dalam organisasi mulia yang bernama gereja. Uang sejatinya bisa membutakan hati nurani. Cinta akan uang adalah akar segala kejahatan ( 1 Tim 6:10). Saya pun harus berhati-hati soal ini. Jangan sampai kepemimpinan rusak karena tidak menggunakan uang dengan baik dan benar! Mari kita berdoa kiranya Tuhan memerdekakan kita dari ketamakan akan uang. Selamat berakhir pekan sahabat, selamat mempersiapkan firman Tuhan untuk para gembala kami! (Daniel Ronda)