Oleh: Daniel Ronda
Walaupun kekristenan relatif lebih lambat tiba di Korea tapi gereja di Korea sampai hari ini mengalami pertumbuhan yang spektakuler di dunia. Hari ini banyak yang menjuluki gereja Korea sebagai kiblat bagi gerakan pertumbuhan gereja modern di dunia. Ada banyak gereja lokal yang sampai memiliki puluhan ribu bahkan ratusan ribu anggota jemaat. Yang paling dikenal orang adalah Gereja Yoido Full Gospel yang didirikan oleh Pendeta David Yonggi Cho. Saya pernah mengunjungi gerejanya yang begitu besar dan sesak dipenuhi manusia yang datang beribadah. Gereja ini bermula di tahun 1958 dengan 5 orang anggota di sebuah ruang tamu. Saat ini gereja ini mengklaim memiliki anggota 700.000 anggota jemaat. Ini adalah gereja yang terbesar di dunia. Saat ini jumlah orang Kristen di Korea sekitar 15.000.000 jiwa atau antara 25-30% dari populasi penduduknya. Di Korea kurang lebih ada 47,000 gereja lokal sehingga Korea dapat dianggap sebagai salah satu pusat Kristen di Asia saat ini. Yang paling menarik tentunya bukan jumlah orang Kristen dan gerejanya di sana tapi ternyata gereja Korea adalah gereja pengutus terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.
Menurut Korea Research Institute fo Missions (KRIM) yang meneliti gerakan penginjilan di Korea. Dilaporkan bahwa tahun 1979 ada 93 orang Korea diutus keluar untuk menjadi penginjil di luar negeri. Lalu pertumbuhannya bergerak cepat, di mana menjadi 1.178 penginjil keluar negeri di tahun 1989, dan 8.103 orang di tahun 2000. Tahun 2006 sudah menjadi 14.905 orang menjadi penginjil dan diutus oleh 174 gereja atau lembaga misi, dan itu pertumbuhannya luar biasa besarnya dalam tempo 27 tahun. Gereja Korea mengutus penginjil ke 168 negara dan tentunya yang paling banyak ke Asia sebanyak 47% terutama di China, Filipina dan Jepang. Lalu ke Amerika Latin sekitar 6% dan ke Afrika sekitar 8%. Saat ini sekitar setiap tahun dikirim 1000 orang penginjil ke luar negeri dan menjadikan gereja yang punya kekuatan besar dalam pengutusan.
Apa rahasia pertumbuhan gereja Korea? Saya sudah tiga kali mengunjungi gereja-gereja Korea. Salah satunya adalah Gereja Kwanglim Metodis Korea yang waktu itu dipimpin oleh Pendeta Sundo Kim. Gereja ini memiliki puluhan ribu anggota dan yang menarik semangat dan energi pelayanan mereka yang berapi-api. Dia terus ingin menambah gereja baru dan pelayanan sosial padahal usianya sudah lanjut. Tiap kali saya bertemu dengan hamba Tuhan dari Korea semangat pelayanan dan etos kerjanya tinggi sekali. Saya berkunjung ke tempat teman saya di Busan, Pendeta Daniel Keum. Dari pagi sudah ke kantor dan melakukan pelayanan sampai jauh malam baru pulang. Mereka melayani dengan kerja keras yang luar biasa. Saya punya teman Pendeta Yun di Jakarta, di mana waktu saya berkhotbah di gerejanya dia menceritakan jam kerjanya. Dia sudah masuk kantor jam 8 dan terus melakukan pelayanan baik dari kantor, mengajar atau berkunjung sampai jam 11 malam! Wah, itu sangat mengagumkan etos kerjanya. Tapi itu bukan sembarang etos kerja. Kerja keras mereka punya satu tujuan yaitu mencari dan menyelamatkan jiwa yang terhilang dan membawa kepada keindahan persekutuan di dalam Kristus ketika mereka sudah berada di gereja. Misi amanat agung adalah motivasi dari kerja keras mereka. Ibadah doa pun tidak asal-asalan tapi bisa dihabiskan berjam-jam untuk berdoa. Begitu pula dengan ibadah Minggu yang dikemas lewat ibadah, persekutuan, dan pemuridan sehingga bisa jadi sepanjang hari Minggu ada di gereja. Motivasi mereka adalah Amanat Agung Yesus Kristus.
Bagaimana dengan hamba-hamba Tuhan di Indonesia? Jangan sampai kita tidak dapat menjadi gereja pengutus karena etos kerja lemah, gairah pelayanan letih lesu dan terlalu banyak santai dan mengerjakan hobi yang berlebihan. Tidak mungkin GKII bangkit jika etos kerja yang lemah dan santai dalam pelayanan. Di GKII kita harus meneladani Pdt. Nyoman Enos yang di usia 70 tahun masih menggunakan motor dan pergi mengabarkan Injil ke desa-desa tanpa lelah, karena baginya tidak ada waktu luang dan santai. Harinya harus dipenuhi dengan semangat untuk mencari dan menyelamatkan jiwa-jiwa.
Melihat gerakan pengutusan penginjil gereja Korea secara keseluruhan maka tentunya kita harus belajar dari mereka dan belajar memahami orang Korea sebagai penginjil, karena tujuan mereka jelas yaitu mengabarkan Injil, menanam gereja dan menolong orang miskin. Tapi tanpa pemahaman atas budaya mereka akan terjadi benturan budaya yang mengganggap orang Korea suka mengatur orang Indonesia. Justru kalau lihat motivasinya karena tidak boleh bersantai karena Amanat Agung bicara tentang peluang dan waktu maka kita harus menghargai cara kerja mereka. Maka GKII harus juga melihat dan menjalin kerjasama dengan pusat misi dunia saat ini yaitu gereja Korea. Dari gereja Korea kita akan belajar bagaimana etos kerja mereka dan juga sekaligus belajar bagaimana menjadi gereja pengutus dengan menjalin kerjasama dengan mereka.
Catatan: Bulan Agustus sebagai Bulan Misi GKII
Sumber bacaan: Timothy C. Tennent, How God Saves the World: A Short History of Global Christianity (Tennessee, USA: Seedbed Publishing, 2016).