Dalam kepemimpinan rohani termasuk organisasi gereja, patut disadari tiap gereja lokal memiliki musimnya (season). Jika analogi dalam pertanian digunakan, maka di gereja pun ada masa menabur, menanam, pertumbuhan, atau bahkan stagnan, layu/mati, tetapi ada masa menuai. Jika musim pelayanan sedang bertumbuh dan menuai, maka panjatkan syukur kepada Tuhan, tapi jika sedang stagnan dan layu, maka minta hikmat dan pertolongan Tuhan.
Pemimpin yang baik tidak akan menutupi apa yang terjadi dalam gereja lokal, karena gereja bukan sebuah perusahaan manusia tapi milik Tuhan. Itu sebabnya pemimpin yang baik akan terbuka dengan apa yang ada, mulai berbicara dari hati ke hati dengan para gembala mencari tahu apa sebabnya, dan bekerja keras mencari cara bagaimana membuat gereja lokal menjadi gereja yang bertumbuh sehat sehingga menghasilkan pertambahan. Ambil peran ayah, mentor, sahabat dalam berbicara dengan gembala lokal. Lakukan evaluasi tanpa menghakimi dan beri motivasi untuk bangkit manakala gembala telah kehilangan semangat dan gairah dalam pelayanan kepada Tuhan. Jangan biarkan gembala berjuang sendiri dan hanya didekati secara organisasi, misalnya hanya teguran manakala dia tidak hadir dalam kebersamaan, lambat membayar kewajiban setoran gereja lokal atau perpuluhan tapi tidak ada yang mengajaknya berdoa manakala dia mengalami kesusahan, atau tatkala keluarganya sedang mengalami guncangan.
Pemimpin rohani menjadikan doa sebagai senjata utama dalam memimpin, telinga yang mendengar untuk berempati atas semua pergumulan, dan mulut yang mengobarkan semangat melayani. Intinya, gembala membutuhkan kepemimpinan yang mengayomi dan itu tanpa terkecuali!
Refleksi: Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu (1 Korintus 4:15)
Salam Sehat,
Daniel Ronda