You are currently viewing Surat Penggembalaan Pra-Paskah 2023

Surat Penggembalaan Pra-Paskah 2023

Gereja Kemah Injil Indonesia

Salam sejahtera dalam kasih Kristus,
Keluarga besar Gereja Kemah Injil Indonesia, perayaan Paskah tahun ini sudah tinggal sebulan lagi. Memang kita tidak memiliki tradisi merayakan Pra-Paskah atau “Lent” yaitu perayaan 40 hari menjelang Paskah yang biasanya dimulai dengan perayaan Rabu Abu sampai memasuki hari ke-39 yaitu Sabtu Suci dan kemudian berpuncak di hari ke-40 pada Minggu Paskah Kebangkitan. Meskipun demikian gereja patut menghayati pengorbanan Yesus secara berkesinambungan dengan serangkaian refleksi dan ajakan untuk memperbaiki diri dan komunitas di mana kita berada.
Tema Paskah GKII tahun 2023 adalah “Kebangkitan Kristus Memberikan Hidup yang Penuh Pengharapan” (1 Petrus 1:3). Tema ini merefleksikan di tengah perjalanan iman yang begitu sulit, kebangkitanNya memberikan suatu harapan bahwa Dia memegang seluruh masa depan kehidupan manusia dan semua alam semesta ciptaanNya. Berefleksi dari tema ini maka ada beberapa pesan untuk mempersiapkan perayaan Paskah tahun ini:

  1. Di tengah derasnya pemberitaan media sosial yang menawarkan berbagai gaya hidup, kita dikejutkan oleh beberapa oknum yang mengaku dirinya orang percaya kepada Yesus tapi berperilaku di luar batas kemanusiaan. Tindak kejahatan yang dilakukan tidaklah menggambarkan nilai-nilai Kristiani. Itu semua disinyalir berakar dari gaya hidup hedonis dan kemudian berujung kepada memamerkan kemewahan. Perilaku seperti ini tentu berlawanan dengan rasa kepantasan dan keadilan di masyarakat terutama berlawanan dengan Firman Tuhan yaitu agar kita memiliki cara hidup yang baik (1 Pet 2:12). Gereja wajib mewartakan gaya hidup sederhana (ugahari), menunjukkan praktik hidup sederhana, dan harta kekayaan yang dimiliki hendaknya digunakan untuk berbuat baik kepada sesama, mulai dari jemaat sendiri dan selanjutnya kepada sesama manusia (Gal 6:10).
  2. Ada fenomena menarik dalam gereja kita di berbagai daerah seperti berkembangnya industri sawit, batubara, dan hasil tambang lainnya. Jemaat merasa bersyukur atas ekonomi mereka yang meningkat. Namun harus diingat jangan sampai hal ini menjadi berkat yang semu karena hutan, sungai dan lingkungan baik flora maupun fauna telah mengalami kerusakan yang serius. Ini perlu mendapatkan perhatian gereja agar ada diskusi dan tindakan nyata dalam pelayanan gereja lokal untuk melihat pembangunan secara holistik, di mana kemajuan dan kesejahteraan ekonomi tidak boleh menghancurkan lingkungan yang merupakan pusat kehidupan manusia. Air sungai yang tercemar, hutan yang hilang akan berdampak kepada kehidupan manusia di mana akan lahir anak-anak stunting yaitu gangguan pertumbuhan pada anak dan masalah kesehatan yang serius.
  3. Sementara ada pembangunan yang membawa kesejahteraan bagi sebagian masyarakat Indonesia, gereja kita harus menaruh perhatian kepada saudara kita di Nduga dan Intan Jaya Papua di mana sampai hari ini ribuan dari mereka harus mengungsi ke hutan, ke keluarga mereka yang ada di kota dan daerah lainnya. Mereka harus lari dari kampung dan distrik mereka karena konflik yang berkepanjangan antara TNI dan kelompok bersenjata. Gedung gereja telah menjadi sunyi dan hanya ditumbuhi padang ilalang karena manusia sudah tercerai berai. Sekolah Alkitab mereka telah rusak dan tidak ada lagi pembelajaran. Posisi mereka menjadi lebih sulit dan dilematis karena mereka sebagai rakyat yang tidak bersalah dicurigai oleh kedua belah pihak yang berkonflik. Gereja tidak boleh berhenti untuk terus mendoakan mereka yang mengungsi dan yang mengalami ancaman nyawa setiap saat. Kondisi mereka sungguh tragis dan menyedihkan. Upaya kemanusiaan wajib dilakukan sekecil apapun yang dapat dilakukan untuk menolong mereka yang sudah kehilangan pengharapan.
  4. Dalam organisasi yang sudah memasuki 95 tahun, gereja pasti ada yang mengalami perselisihan dan konflik. Itu wajar tetapi yang menentukan adalah bagaimana kita menyelesaikannya. Seharusnya kepemimpinan gereja dalam tiap aras mempertunjukkan kepemimpinan Bapa yang memberikan pengharapan. Jangan melakukan tindakan yang membuat jemaat terusir apalagi dengan sengaja mengusir mereka yang tidak sependapat. Gereja patut mempertunjukkan kasih, kejujuran, keadilan, dan semangat untuk melakukan rekonsiliasi dan pemulihan. Hidup Kristus harus tercermin dalam setiap pelayanan kepemimpinan gereja.
  5. Pengharapan itu terlihat dalam kehidupan gereja dan jemaat sehari-hari. Kita tidak mungkin membiarkan pengharapan Kristus hanya sebatas di dalam tembok gereja. Dunia sekitar harus merasakan dampaknya. Untuk itu gereja wajib keluar melakukan kontak dengan komunitas dalam berbagai bidang. Sebagai contoh, gembala bersama pelayan wajib secara rutin mengunjungi jemaatnya, membangun jejaring dengan pemerintah dan lembaga lain, berbaur dengan lingkungan, serta menciptakan persahabatan di kotanya. Kesibukan dalam gedung kantor gereja akan membuat gereja semakin terasing dari komunitasnya. Membawa pengharapan Kristus kepada dunia adalah panggilan utama gereja. Selamat mempersiapkan Paskah, kiranya kita semakin giat dalam melayani Tuhan dan mewartakan pengharapan Kristus yang bangkit kepada dunia. Jangan pernah berhenti berdoa, bekerja, dan berjejaring. Tuhan menyertai pelayanan kita semua. Amin.

Jakarta, 5 Maret 2023

Pdt. Daniel Ronda
Ketua Umum