You are currently viewing Identitas Pemimpin #4

Identitas Pemimpin #4

Ketika seseorang diangkat menjadi pemimpin, entah itu menjadi gembala atau pemimpin organisasi maka tidak sedikit yang merasa mendapat jabatan dan status. Ketika dia menerima pelayanan itu maka dia berfokus kepada tugas yaitu apa yang harus dilakukan supaya pelayanan berkembang. Dia ingin membuktikan kepada orang yang mengangkatnya bahwa dia mampu memimpin. Segera pelayanannya penuh dengan program dan kerja, tapi dalam perjalanan tidak sedikit pemimpin merasa frustasi karena orang yang dipimpinnya tidak mengikuti apa yang menjadi program kerjanya. Mengapa hal itu bisa terjadi?Begitu diangkat pemimpin, seseorang pemimpin harus mulai dengan mengembangkan identitas dirinya sebagai pemimpin. Bukan fokus kepada apa yang harus dilakukan (what you will do) tapi mengembangkan siapakah diri Anda (who you are). Itu artinya Anda meyakinkan diri Anda bahwa Anda pemimpin yang diberikan tanggung jawab dan biarkan orang mengenal identitas Anda sebagai pemimpin terlebih dahulu.

Identitas pemimpin seperti apa yang orang lain inginkan sehingga mereka bersedia dipengaruhi oleh Anda? Pertama, kembangkan identitas pemimpin yang bertanggung jawab. Ketika Anda memimpin akan ada program yang dikerjakan mencapai hasil tapi ada yang akan gagal. Ada orang yang Anda pimpin membuat skandal sehingga organisasi menjadi kacau. Sebagai pemimpin Anda bertanggung jawab atas kerja tim. Ada pemimpin yang menolak bertanggung jawab bila gagal dan menyalahkan bawahan dan menyebarkan gosip orang lain penyebab kegagalan. Dia laksana Pilatus yang mau cuci tangan, ini bukan identitas yang pemimpin yang baik.

Identitas kedua adalah pemimpin yang berpikir jauh ke depan. Orang yang Anda pimpin akan fokus bagaimana program berjalan secara rutin, tapi sebagai pemimpin Anda wajib punya cara pikir yang jauh ke depan, seperti ke mana organisasi akan dibawa melangkah. Banyak jemaat atau pengikut akan senang dipimpin dan mendukung program Anda jika mereka tahu mau dibawa ke mana mereka dan organisasi yang dipimpinnya.

Identitas terakhir adalah pemimpin yang memiliki kepedulian yang besar atas orang yang dipimpinnya. Umumnya melayani di gereja itu sukarela, maka kerja mereka harus dibalas dengan perhatian yang mendalam berupa ucapan terima kasih, doa dan apresiasi lainnya. Tak sedikit pemimpin akan dikenang sebagai pemimpin yang mempengaruhi mereka manakala jemaat sedang dalam kesusahan, sakit, jatuh, dan terpuruk mendapat kepedulian yang mendalam. Hanya pemimpin yang peduli yang akan mendapatkan hati dari mereka yang dipimpin. Ingat, pemimpin bukan diingat apa program kerjanya tapi siapa dia sebagai pemimpin.

Refleksi: “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa (Yeremia 1:5).”

Salam Sehat,

Daniel Ronda